In Memoriam Mafri Amir: Wartawan, Akademisi, Ormas dan Kantor Wapres

Sejak beberapa tahun terakhir untuk Profesor tidak mungkin lagi tanpa S.3/Doktor. Bahkan ada peraturan baru bahwa Doktor yang sudah Lektor Kepala berhak disebut Associate Profesor. Kini sudah sering digunakan beberapa pihak. Mereka yang sudah lama Doktor dan Lektor Kepala otomatis menjadi Associate Profesor tersebur. Asal mereka mempunyai Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) atau Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) yang masih berlaku, alias mereka masih bertugas sebagai dosen PTN atau PTS.
MA masuk S.2, Magister Artium (M.A.) di Pascasarjana IAIN IB Padang tahun 1993. Kemudian tahun 1999 ia ke S.3 Pascasarjana UIN Jakarta dan selesai tahun 2003. Buku yang pernah ditulisnya adalah Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam (Jkarta: Logos, 1999).
Belakangan, sepengamatan saya karena sibuk di dunia akademik, dunia jurnslistik mulai berkurang digelutinya. Setelah dosen di IAIN Padang dan pindah kerja penuh waktunya sebagai dosen di UIN Jakarta, MA . Tetap nyambi menjadi muballig. Saya sering salat di Masjid Perwakilan Pemda Sumbar Jl Matraman Raya 19 sebelum menjadi Hotel Rankiang sekarang ini. MA menjadi khatib bulanan tetap di situ.
Kantor Wapres JK
Belakangan setelah Wapres JK terpilih bersama Presiden SBY 2004-2009, MA juga menjadi Asisten Staf Khusus seperti disebut di atas tadi. Masa ini saya memperkaya relasi dengan MA. Terutama bila hendak berrsilaturrahim dengan Uda Suyahrul Ujud dan Prof Azyumardi Azra. Dan sekali-sekali ingin bertemu dengan Wapres JK.
Saya melanjutkan relasi ketika 2000 sampai pra terpilih menjadi Wapres 2004. Sewaktu Pak JK menjadi Menko Kesra sebelumnya , saya melalui Uda Syahrul menemui Bp JK untuk keperluan yang berhubungan dengan Muhammadiyah. Waktu itu saya Ketua PW Muhammadiyah Sumbar 2000-2005. Begitu pula ketika saya bertugas sebagai Komisaris PT Semen Padang 2005-2015.
Pertama yang saya call adalah MA. Minta akses ke Bang Syahrul yang nantinya ke Pak JK. Termasuk ketika memperjuangkan IAIN IB menjadi UIN yang sudah intensif ketika Rektor Prof Makmur Syarif dan belakangan tuntas zaman Rektor Prof Ek Putra Warman. Selain itu, saya juga minta informasi kalau sudah dekat hari raya Idul Fitri. Biasanya keluarga Pak JK menyediakan Paket Lebaran untuk ormas Islam, termasuk Muhmmadiyah. Melalui MA diminta kontak Uda Syahrul. Saya sangat menghormati mereka dan tidak mau langsung, sebelum berbisik ke MA langsung atau by call. Setiap tahun Muhammadiyah Sumbar selalu masuk rencana mereka, kecuali kami terlambat lapor.
MA di Dunia Ormas Islam
Selama mahasiswa, MA setahu saya adalah anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Termasuk Salmadanis, (Kemudian Guru Besar FD IAIN IB). Akan tetapi setelah beberapa tahun tamat kuliah S.1 atau dokrandus, belakangan MA, aktif di Tarbiyah Islamiyah. Tarbiyah Islamiyah awalnya adalah Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah lahir tahun 1928). Perti oleh pendirinya Syekh Sulaiman al-Rasuli (1871-1970) atau lenih dikenal sebagai Inyiak Canduang, hanya organisasi Ormas Islam berbasis pendidikan. Di awal kemerdekaan semuja kekuatan poltik Islam berada di Partai Politik Masyumi. Belakangan Syarikat Islam, Nahdhatul Ulama serta Perti kelur dari Masyumi dan pada Pemilu 1955 mempunyai bendera sendiri sebagai Partai Politik.
Perkembangan Islam dan Politik di Indonesia naik dan turun. Partai Masyumi membubawrkan diri tahun 1959 dan resmi dibubarkan Presiden Soekarno tahun 1960. Partai Islam Modern yang kokoh itu akhirnya bubar. Ini antara lain karena bentrok dengan Orde Lama, Soekarno dengan Poros Nasakomnya (Nasionalis, Agama-Komunis) .
Setelah Orla runtuh di bawah Soekarno dan muncul Orba di bawah Soeharto, Partai Masyumi ingin bangkit. Tetapi maksud itu tak terwujud karena berbagai hal. Kecewa maksud tak sampai maka sebagian mereka melahirkan Parmusi (Partai Muslimin Indonesia). Pada 1971 bersama partai Islam lain, seperti Parmusi tadi, Perti, Syarikat Islam dan Nahdhatul Ulama, ikut Pemilu lagi secara mandiri. Akan tetapi ketika terjadi pernyederhanan partai yang disebut Pusi 9 Parpol dan 1 Golkar, menghadapi Pemilu 1977, sebagian warga Perti masuk Golkar. Mereka menyebut dirinya Tarbiyah Islamiyah.
Golkar mempunyai organisasi sayap yang disebut melahirkan Golkar, dilahirkan Golkar dan Penerus Golkar. Yang pertama tadi sebetulnya ada 14 organisasi yang bergabung dalam sekretriat bersama Golkar pada tahun 1964. Belakangan mereka dikonsolidasikan ke dalam Tri Karya yaitu MKGR, Kosgoro dan Soksi.
Sementara yang dilahirkan Golkar adalah organsiasi baru atau diperbaharui seperti buruh, tani, nelayan dan ulama, wanita dan pemuda. Maka lahirlah FBSI, HKTI, HNSI, GUPPI, Tarbiyah Islamiyah, Satkar Ulama, Wanita al-Hidayah, AMPI dan KNPI.
Journalist: Shofwan Karim
Editor: Shofwan Karim
Source: https://www.shofwankarim.id/