Perspektif Islam tentang Gender

Saturday, April 19, 2025 08:26 PM | Kolom Shofwan Karim
Perspektif Islam tentang Gender
Ilustrasi Foto: Silarurrahim Keluarga Idul Fitri 1446 H

Dowling merasa bahwa sudah sepantasnya dia berperan sebagai ibu rumah tangga, setelah 'terpaksa' berjuang sendiri menghidupi diri dan anak-anaknya selama empat tahun ketika dia menjada.

Dowlingpun tak habis pikir, tidakkah Lowell merasa bahagia karena dia berhasil menyelenggarakan urusan rumah tangga dengan baik? Rumah yang teratur rapi dan cantik, kue-kue pastel buatan sendiri yang lezat, kasur dengan seprei kencang dan bersih selalu, servis yang memuaskan bagi teman-teman Lowell yang datang berakhir pekan di rumah mereka?

Karena sebelumnya Dowling adalah penulis bebas, maka kegundahan itu dituangkannya di dalam satu artikel di majalah New Yorker. Tak lama kemudian betumpuk-tumpuk surat datang kepadanya, menumpahkan perasaan yang sama dengan kasus yang hampir-hampir mirip pula. "Anda tidak sendirian'' tulis sebagian besar surat-surat itu.

Seorang wanita lain mengatakan ia berhenti dari pekerjaan karena merasa suaminya sudah lebih dari cukup. Namun apa yang terjadi kemudian ? "Saya terombang-ambing antara rasa bersalah karena saya bersandar sepenuhnya kepada suami saya, dan kemarahan saya karena dia mempertanyakan hak saya melakukan hal itu".

Begitulah kemeranaan wanita --para isteri dan ibu — Barat, saat lingkungan telah merenggut hak perlindungan dan penafkahan yang seharusnya merek dapatkan. Inilah sebuah kepanikan 'gender'. (Rahayu, 1996: 20-22)

Bagaimanakah kenyatan empirik-kontekstual dewasa ini di Indonesia ? Apabila bias gender ditengarai masih amat tajam di Indonesia tentulah semua orang maklum. Akan tetapi kenyataan menunjukkan sudah ada perubahan yang signifikan dalam perolehan kesempatan pendidikan misalnya, meskipun masih ada yang beanggapan bahwa wanita tidak perlu sekolah tinggi seperti saudaranya yang laki-laki, tetapi semakin hari bagi yang ekonominya semakin membaik, bias itu sudah semakin mengecil.

Begitu pula kesempatan memperoleh kedudukan dan posisi di eksekutif, legislatif, yudikatif , dunia usaha dan swasta. Sekarang terbuka lebar untuk menduduki posisi kunci pada berbagai posisi tadi.

Yang paling anyar tentulah peluang perempuan untuk ikut berpacu dengan kaum pria merebut kedudukan di legislatif pada Pemilu 2004. Dengan UU No. 12 Tahun 2003 pada pasal 65 dinyatakan bahwa masing-masing partai politik dapat mencalonkan perempuan sedikitnya 30 persen dari jumlah yang diajukan. Pertanyaannya tentu bukan lagi persoalangender balance, tetapi apakah para perempuan sudah siap?

IV Penutup

Landasan normatif-tekstual klasik tentang gender sudah ditafsir ulang oleh para feminis muslim. Soalnya sekarang bagaimana memahami pendekatan baru itu secara proporsional dan bagaimana membumikan pemahaman filosofis-teologis yang serasi dengan sosio-teologis yang tepat dan komprehensif. Sehingga Islam sebagairahmatan lil alamin menjadi inspirasi dan motivasi dalam PUG. Tentu saja pengalaman emprik-kontekstual akan pula sangat menentukan. Disinilah peranan kearifan lokal dan tradisi ethnis yang disebut adat, bersamaan dengan tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan dan penguasaan ilmu dan teknologi akan membuat kesetaraan gender akan semakin terealisasikan.

KEPUSTAKAAN

Pages:
1 2 3 4 5 6 7 Next

Journalist: Shofwan Karim
Editor: Anton Hilman
Source: https://eskaelhussein.wordpress.com/2020/10/21/perspektif-islam-tentang-gender/

Share:
link ke situs https://shofwankarim.wordpress.com
Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau
Milad IMM ke 61 pada 14 Maret 1964-2025
Selincam Pengalaman Kepemudaan dan Kepemimpinan di Kanada dan Amerika
link ke situs https://www.shofwankarim.com
Link ke situs https://www.shofwankarim.id/
https://langgam.id/tag/shofwan-karim/
shofwankarim.livejournal.com
kumparancomshofwankarim
Buku Shofwan Karim 2020 dan 2023