Menolak Lupa: Natsir dan Sukarno, Lain Garis Satu Perjuangan

Sunday, March 9, 2025 09:37 AM | Kolom Shofwan Karim
Menolak Lupa: Natsir dan Sukarno, Lain Garis Satu Perjuangan
Natsir dan Soekarno (Foto Internet)

Menurut Natsir dorongan utamanya dalam dunia keguruan itu adalah mengajarkan agama. Itulah mata pelajaran yang dipegangnya di sekolah MULO dan Sekolah Guru Gunung Sahari Lembang.

Ia memantapkan dirinya sebagai pengkaji agama dan pejuang agama. Ia tidak memburu uang, tetapi cukup bekerja bersama A.Hasan Bandung sebagai anggota Redaksi Majalah "Pembela Islam" dengan honor Rp. 20 perbulan.

Ia terus belajar agama dengan konsep belajar agama bukan sekedar Ilmu Tauhid, fiqh, tafsir dam hadist tetapi juga ilmu filsafat Islam, sejarah kebudayaan Islam, pendidikan Islam, politik Islam dan lain-lainnya.

Pada fase ini Natsir mengisi perjuangannya dengan giat di bidang pendidikan, menulis dan berpolitik dengan masuk Partai Islam Indonesia pada 1939. Sore hari ia membuka kursus pendidikan Islam dengan murid awalnya lima orang dengan mengunakan tempat yang dipakai pihak lain untuk kursus Bahasa Inggris.

Kursus ini berkembang menjadi Pendidikan Islam dengan menyewa Gedung sendiri di Jalan Lengkong Besar No. 16. Tempat ini menjadi Kampus Pendidikan Islam yang dipimpinnya 1932-1942. Pandidikan Islam di sini terdiri atas empat tingkat: Taman Kanak, HIS, MULO dan Kweeksckool (sekolah guru). Dalam perkembangannya sekolah ini berpindah-pindah sampai sekolah ini ditutup Jepang.

Dalam perjuangan membela Islam ia banyak menulis dalam majalahPembela Islam..Pembela Islam No. 1 terbit tahun 1929 dan berhenti terbit dengan No. 71 bulan Mei 1935. (M. Natsir, 1973:430). Selanjutnya ia menulis pula di dalam Al-Manar,Panji IslamdanPedoman Masyarakat.

Ciri khas tulisannya pada masa itu adalah mempertahankan dan membela Islam dari serangan kaum nasionalis dan sosialis, seperti Ir. Soekarno, Soewarni, Sitti Sundari, Dr. Soetomo dan lain-lain.

Khusus terhadap Soekarno, Natsir terlibat polemik hangat yang terpenting dan paling monumental adalah tentang agama dan negara. Perdebatan dengan Soekarno terutama berlangsung 1936-1940-an tatkala Bung Karno dibuang Belanda ke Ende di Pulau Flores, seperti di singgung di atas.

Garis Berbeda

Tesis Soekarno ialah pembelaannya terhadap gerakan sekularisasi-westernisasi Kemal Ataturk di Turki berintikan ide pemisahan agama dari negara. (Suhelmi, 1999:48). Sekitar tahun 1938-1940 itu, Sukarno banyak menulis dalam majalah Panji Islam di Medan antara lain berjudul: (1)Memudahkan pengertian Islam;(2)Apa sebab Turki memisahkan Agama dari Negara;(3)Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal-Udara; (4)Islam Sontolojo, dll.

Pada hakikatnya isi tulisan Sukarno itu ialah ingin agar dalam Islam ada pembaharuan. Yang dikatakan pembaharuan oleh Sukarno dalam hal ini adalah seperti di Turki yang dilakukan oleh Kamal Attaturk tersebut tadi.

Tema pokok yang senantiasa dikemukakan Sukarno berkisar soal modernisme, modernisasi, dan rethinking of Islam (pemikiran ulang tentang Islam). (Ibid, h.429). Selain itu semboyan Soekarno ketika itu adalah soal nasionalisme seperti, "Berjuanglah mencapai Kemerdekaan Indonesia dengan dasar nasionalisme ! Adapun agama adalah pilihan dan tanggungjawab masing-masing diri!."

Pages:
1 2 3 4 5 6 7 8 Next

Journalist: Shofwan Karim
Editor: Anton Hilman
Source: Buku Shofwan Karim

Share:

Related news

link ke situs https://shofwankarim.wordpress.com
Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau
link ke situs https://www.shofwankarim.com
Link ke situs https://www.shofwankarim.id/
https://langgam.id/tag/shofwan-karim/
shofwankarim.livejournal.com
kumparancomshofwankarim